Duluuu.. waktu awal-awal beroperasinya telekomunikasi menggunakan teknologi CDMA di Indonesia, katanya kendala utama penetrasi pasarnya adalah jenis dan jumlah HP yang masih sedikit dan harganya yang masih mahal. Dengan alasan itu, operator2 CDMA melakukan strategi bundling HP dan Starter Pack untuk meningkatkan salesnya. Dimulai oleh salah satu operator, dan kabarnya memang laku keras. Untuk menjaga supaya pelanggan tetap loyal pada operator itu, maka si HP pun di-lock sehingga hanya dapat digunakan untuk Starter Pack si operator.
Kemudian terbukti kenyataan di lapangan gak seindah itu. Orang Indonesia kan paling pinter kalo disuruh ngotak-atik
. Lock HP itu ternyata bisa dibobol. Maka beredarlah HP bermerk salah satu operator, tapi berisi kartu operator lain.
Tapi kisah sukses penjualan sistem bundling ini ternyata menggoda operator lain untuk melakukan hal serupa. Maka berbagai macam program pun bermunculan di pasar. Dan kabarnya sih… emang laku keras. Meski kabar itu juga diiring berita tentang dibukanya unlock HP bundling itu sehingga bisa digunakan untuk kartu operator lain, hal itu tidak menyurutkan niat para operator untuk terus menggelontorkan produk-produk bundlingnya. Bahkan baru-baru ini ada operator yang mengeluarkan program bundling tanpa lock. Weleh-weleh.. hebat kali. Kayak buang-buang HP aja. Berita yang aku denger sama dan sejenis, HP nya memang laku, tapi isinya diganti nomor dari operator lain. Namanya juga pasar, mereka akan memilih mana yang paling menguntungkan.
Ini yang bikin aku heran. Dalam pemikiran cetekku, apa sih untungnya penjualan yang tinggi pada suatu waktu, tapi kemudian banyak cabutan di waktu berikutnya (karena HP itu lalu digunakan untuk kartu dari operator lain)? Banyak resources yang terbuang: kartunya sendiri, nomor kartu, dan (katanya) subsidi dari operator kepada vendor terminal (supaya harga bisa jadi murah), dll. Apa cuma sekedar ingin disebut operator yang punya customer base tinggi, sehingga harga saham bisa terkerek naik? Emangnya gak ada program marketing yang lebih bagus dari itu?
Kemudian terbukti kenyataan di lapangan gak seindah itu. Orang Indonesia kan paling pinter kalo disuruh ngotak-atik
Tapi kisah sukses penjualan sistem bundling ini ternyata menggoda operator lain untuk melakukan hal serupa. Maka berbagai macam program pun bermunculan di pasar. Dan kabarnya sih… emang laku keras. Meski kabar itu juga diiring berita tentang dibukanya unlock HP bundling itu sehingga bisa digunakan untuk kartu operator lain, hal itu tidak menyurutkan niat para operator untuk terus menggelontorkan produk-produk bundlingnya. Bahkan baru-baru ini ada operator yang mengeluarkan program bundling tanpa lock. Weleh-weleh.. hebat kali. Kayak buang-buang HP aja. Berita yang aku denger sama dan sejenis, HP nya memang laku, tapi isinya diganti nomor dari operator lain. Namanya juga pasar, mereka akan memilih mana yang paling menguntungkan.
Ini yang bikin aku heran. Dalam pemikiran cetekku, apa sih untungnya penjualan yang tinggi pada suatu waktu, tapi kemudian banyak cabutan di waktu berikutnya (karena HP itu lalu digunakan untuk kartu dari operator lain)? Banyak resources yang terbuang: kartunya sendiri, nomor kartu, dan (katanya) subsidi dari operator kepada vendor terminal (supaya harga bisa jadi murah), dll. Apa cuma sekedar ingin disebut operator yang punya customer base tinggi, sehingga harga saham bisa terkerek naik? Emangnya gak ada program marketing yang lebih bagus dari itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar